Materi

[Materi][twocolumns]

Diskusi Kepenulisan Bersama Sayfullan - Tamu Istimewa Kofiku

tamu istimewa kofiku


👤Sayfullan
Sudah menulis 7 novel.
Salah satu cerpennya pernah menjadi juara satu Kampus Fiksi Emas 1 ; Gadis 360 Hari yang Lalu
Tinggal di Karangawen Demak
Seminggu dua kali harus ke Semarang untuk membersihkan darah.
Lulusan Teknik Kimia UNDIP yang menyesatkan diri di hutan literasi nan sejuk.
Novel-novel yang pernah diterbitkan :
1. Aropy
2. Mi Amor
3. Imaji Dua Sisi
4. Update Love
5. Me Vs Daddy
6. Cinta untuk Perempuan dengan Bulir-bulir Cahaya Wudhu di Wajahnya.
7. Rival Brother

Antologi :
1. Gadis 360 Hari yang Lalu.
2.  Celia dan Gelas-gelas Kaca di Kepalanya.
3. Orang-orang dalam Menggelar Upacara - Pemenang lomba Gebyar Bahasa dan Sastra 2015 UPI
4. Lelaki penjamah emas dalam antologi pemenang green pen award PERHUTANI.


💭Diskusi💭

✒Pertanyaan :
1. Kapan mulai menulis? Bagaimana ceritanya lulusan Kimia UNDIP bisa jadi penulis?

📝Jawaban:
Hmm, seingatku awal aku menulis karena vonis sakit gagal ginjal dan harus rutin cuci darah. Tahun 2010 aku sakit. Di tahun itu aku juga masih sering drop. Sering bolak-balik rawat inap karena belum stabil. Setelah setahun sakit, aku dipecat dari kerjaku. Yeah, jadi pengangguran, deh. Sejak itu aku belajar menulis.
Aku dulu jarang menulis, jarang membaca fiksi juga, cuma emang suka film dari zaman remaja.
Titik balikku mau belajar nulis dan masuk kelas nulis online bareng El Eyra, ya, sejak aku sakit.
Untuk menopang itu, aku mulai belajar membaca banyak buku fiksi. Hahaha... Boleh dikata, aku ini terlambat belajar.
Tapi setelah tersesat di dunia literasi ini, aku bahagia. Aku nggak menyesal masuk dunia ini.


✒Pertanyaan:
Bagaimana mengatur waktu untuk menulis?

📝Jawaban:
Waktuku cukup luang, kok. Karena aku emang cuma nulis dan ke rumah sakit buat HD rutin dan periksa dokter. Jadi insyaallah, one day one chapter.


✒Pertanyaan:
Bagaimana biar konsisten menulis?

📝Jawaban:
Konsisten menulis bisa diraih dengan tekad dan niat. Hal terpenting setelah itu harus punya bahan untuk ditulis. Kalau fiksi atau novel, biasanya aku menulis banyak ide di buku. Jadi sewaktu-waktu bisa dikembangkan untuk dibuat outline.
Tinggal lirik catatan di buku, kita akan ingat ide apa yang akan ditulis. Writers block juga bisa ditanggulangi.


✒Pertanyaan:
Berarti tetap pakai tahapan "ide - sinopsis - outline" ya, Kak?

📝Jawaban:
Aku sinopsis kadang di akhir. Kalau otline pasti buat. Dan harus tahu endingnya. Biar cerita nggak divergen.


✒Pertanyaan:
Dari sekian banyak karya Mas Sayful entah cerpen maupun novel, yang mengandung unsur-unsur kimia apa saja? Atau ketika memasuki hutan literasi, background lulusan teknik kimia ini agak dikesampingkan. Dan kedua emm ... Pernah kepikiran nggak buat novel ilmiah gitu? 😁

📝Jawaban:
Novel kimia "Imaji Dua Sisi". Tokohnya kuliah di jurusan Teknik Kimia dan banyak konsep tentang bidang itu dibahas. 😊
Novel ilmiah pernah terpikir. Tapi entah, belum ada tekad menuliskannya.


✒Pertanyaan:
Pernah ada naskah yang ngak selesai walau pakai outline? Terus cara buat alur yang nggak datar gimana, Mas? Biar bisa memainkan emosi pembaca

📝Jawaban:
Belum pernah. Semua selesai. Aku tipe orang yang selalu kepikiran dengan apa yang kumulai dan cerita di dalamnya. Semacam nggak tenang gitu, kalau belum sampai kata ending.
Tokoh-tokohnya seperti menghantui. Jadi, misal sedang malas menulis, setidaknya aku nggak akan lupa setelah membaca outline-nya.
Trik bisa memainkan emosi pembaca adalah dengan mencoba menyentuh emosi diri sendiri. Jika kita menulis segenap hati, insyaAllah akan sampai ke hati juga. Nggak jarang lho aku nangis lho saat nulis adegan sedih.


✒Pertanyaan:
Penanggulangan writers block yang biasa kakak lakukan apa?

📝Jawaban:
Pertama sebelum nulis pikirkan dulu adegan tiap bab. Buat catatan-catatan konflik. Bikin semacam draft. Setelah membuat tabel tokoh dan penokohan tentunya. Jadi, kita nggak akan mandeg. Karena ada peta yang membantu kita untuk sampai di ending. Semacam kita sudah membuat jalan untuk mencapai titik finish, tanpa harus tersesat.


✒Pertanyaan:
Saya orang eksak juga, suka bingung nggak Mas antara nulis ilmiah sama fiksi? Saya dulu nulis fiksi tapi nggak bisa nulis ilmiah. Sekarang nulis jurnal, tapi udah nggak bisa lagi bikin kalimat yang ngalir.

📝Jawaban:
Mood swing juga berpengaruh, Mbak. Ketika kita sudah terbiasa menulis ilmiah, tanpa jeda, maka akan kagok atau terkesan kaku untuk menulis fiksi. Itu lumrah, kok. Banyak temen-temen juga yang ngerasain hal itu saat ambil job artikel. Untuk mengatasinya, sempatkan switching sebentar, setiap hari. Atau setiap menulis. Reversible, Mbak. Mau fiksi ke non fiksi.


✒Pertanyaan:
Pertama kali nulis kesulitan apa yang dialami Kak Sayfullan⁩? Cara ampuh numbuhin semangat buat nulis gimana?

📝Jawaban:
Kesulitan awalku membuat plot yang rapi. Masih banyak bolong-bolong logika. Kemudian tulisan masih sangat kaku dan membosankan.
Cara ampuh belajar menulis sebenarnya dengan membaca. Aku juga masih berproses kok, Dek.
Semangat nulisku adalah bisa lihat bukuku mejeng di toko buku. Email-email pembaca yang menunggu karya baruku. Dan tentu ada sesuatu kebaikan yang harus disampaikan dengan tidak menggurui dan secara halus masuk ke hati. Yang terpenting, aku bahagia melakukannya. Intinya yak, kalau kamu bahagia menulis, menulislah.


✒Pertanyaan:
Itu Kak ⁨Sayfullan⁩ pernah mengalami kegagalan dalam menulis? Misalnya ngirim tulisan tapi nggak diterbitin? Terus itu tulisan nya kok bisa sampe dibukukan itu biasanya dikirim lewat penerbit apa melalui lomba-lomba?

📝Jawaban:
Ini pasti pernah terjadi ke semua  penulis termasuk penulis sekaliber JK Rowling.
Aku pernah ditolak beberapa penerbit. Tapi tolakan itu aku revisi, ditolak lagi, ya, direvisi lagi. Perjuangkan anak-anakmu (karyamu) mendapat 'rumah'. Permak lagi, percantik lagi, perganteng lagi, sampai dia layak diterima.

Ya, akhirnya pun seperti itu. Tiap naskah punya jalannya masing-masing.
Setelah di tolak, alhamdulillah biasanya diterima di penerbit lain.
Justru aku belum pernah menang lomba novel. Jadi murni kirim dan nunggu keputusan dari penerbit. Kalau cerpen pernah.
Kemarin GWP3 alhamdulillah dilirik penerbit langsung, jadi tinggal revisi-revisi dari editor


✒Pertanyaan:
Aku salut loh sama Mas Say, kita berangkat dari nol sama-sama. Tapi karya yang berbicara, Mas Say lebih unggul dari segi apa pun. Aku bahkan hiatus nulis 5 tahun 😭 Nah yang jadi pertanyaanku, bagaimana jatuh bangunnya memasuki penerbit mayor? Kasih tips juga biar nembus

📝Jawaban:
Jadi ingat zaman kita dulu.
Aku awal nulis itu sebelum ikut KF, pernah email pak edi untuk ikutan lelang nulis novel. Dari situ ideku diterima dan dipegang langsung oleh Pak Edi, CEO Diva Press.
Setelah itu, masuk Kampus Fiksi angkatan 1. Nah, di KF ini aku dapat banyak banget ilmu.
Berurusan dengan mengirim naskah ke penerbit mayor, cuma perlu sabar.

Tips alur kirim naskah yak. 
1. Tulis dulu draftnya. Selesaikan sampai ending. Jangan di php. Atau ditinggalin. 
2. Endapkan. 
3. Baca ulang. 
4. Kirim ke first reader. Temen atau orang yang suka baca genre tulisan yang sedang kamu tulis. 
5. Revisi
6. Kirim ke penerbit


✒Pertanyaan:
Kak gimana kalau udah bikin outline tapi menurut kita itu jelek, dan akhirnya kita males lanjut. Trus ide dateng lagi, buat outline lagi. Eh tiba-tiba merasa nggak pantes, lah, jelek lah, apalah. Gitu terus.  Out sendiri dari outline :"
Kalo nggak gitu, pas di bab 1-2 merasa bakalan bosenin buat dibaca. Itu gimana sih ngatasinya?

📝Jawaban:
Ini aku bilang jahat. Hehehe... Kasian outline kamu. Kamu tahu jelek dari siapa? Kan belom dibaca sama orang. Selesaikan dulu, baru minta tolong teman membaca dan minta masukan dan komentar.
Kadang apa yang kita pikirkan, belum tentu benar dan sama dengan apa yang dipikirkan orang lain.
Keep writing yak...


✒Pertanyaan:
Saya mau nanya, buku-buku yang sering mas baca waktu dulu apa?
Buku yang memotivasi mas untuk terus berkarya misalnya?

📝Jawaban:
Buku zaman kuliah banyakan non fiksi dan Harry Potter. Hehehe.
Setelah aku memutuskan menulis, aku mulai membeli buku-buku teenlit, buku sastra, buku apa aja kecuali puisi. Aku termasuk pemakan segala, kok. Paling aku suka sih bukunya Murakami. Jujur, aku masih kesusahan dulu mengintrepetasikan naskah puisi.


✒Pertanyaan:
Pernah baca light novel juga?
Jujur  belum faham yang dimaksud light novel 😆

📝Jawaban:
Belum. Aku baru tahu saat ikut expert class gramedia kemarin.


✒Pertanyaan:
Gini mas ⁨Sayfullan⁩ aku kan memang belum pernah nulis, pernah nulis tapi gagal diending, yaa dalam arti nggak ada endingnya. Nah pertanyaan saya gini mas, gimana cara bikin outline yang langsung menjurus ke ending? Kira-kira bisa apa tidak?

📝Jawaban:
Kata Aditya Mulya dan Ninit Yunita, mereka belum berani nulis kalau belum tahu endingnya. Termasuk Christian Simamora juga sependapat dengan hal ini.
Jadi, tentukan dulu endingnya Mas.
Baru buat outline, jalan setapak untuk menuju ending itu. Setidaknya tulisan kita akan kovergen. Terpusat. Nggak melebar ke mana-mana yang membuat nggak fokus. Aku juga udah praktekkin itu, alhamdulillah. Its work :)


✒Pertanyaan:
Maaf ya sebelumnya.
Gini. Pas awal-awal divonis dokter kan pasti shok banget tuh. Apalgi setelah keluar dari kerja. Pasti tambah nggak nyaman dong. Lah gimana cara Kak Say ngembaliin semangat lagi? Terutama semangat buat tersesat di hutan literasi.

📝Jawaban:
Justru aku membaik setelah menulis. Percaya atau enggak, menulis itu menyembuhkan. Jadi ketika banyak beban yang seperti kupanggul, aku menulis. Pertama kali tulisanku yang menang kompetisi adalah antologi tentang kisah nyata sakitku. Itu aku baru belajar banget nulis.
Hehehe... Lalu jadi pengin nulis terus. Seperti Allah menutup satu pintu dan membukakan tujuh pintu lainnya dek, ya, termasuk pintu dunia literasi. Aku bisa bilang, kalo nggak sakit, aku belum tentu nulis dan bisa nerbitin buku. Hehehe


✒Pertanyaan:
Judulnya apa? Boleh banget lho kalau di-share di sini ✌

📝Jawaban:
Duh lupa. Dulu yang menang diterbitin indie sama leutika prio, jadi antalogi gitu.


✒Pertanyaan:
Salut....👍
Berarti yang penting  menikmati keadaan ya kak?

📝Jawaban:
Menikmati itu tahapan setelah bisa menerima 😊


✒Pertanyaan:
Jadi menerima dulu baru menikmati?

📝Jawaban:
Menerima kalau ternyata hidup kita tergantung sebuah mesin itu tidak mudah, dek. Aku bahkan butuh beberapa tahun, dan kadang sampai sekarang kadang masih denial.


👤oke....  Bisa yak follow sosmed aku di @sayfullan IG, FB, Twitter. Nanti aku follback yak
Oiya, buku baruku yang ada di toko buku RIVAL BROTHER dan Cinta untuk Perempuan dengan Bulir-bulir Cahaya Wudhu di Wajahnya.


Ketua Kofiku:
📎Pada intinya Kampus Fiksi sama saja, kok.
Ya teori nulis, latihan, sharing sama tamu istimewa. Apa apa yang ada di Kampus Fiksi kuaplikasikan di Kofiku.

Sebenernya yang menentukam berhasil atau tidaknya ya pribadi itu sendiri. Sehebat apa pun kelas yang diikuti kalau ngga praktek dan banyak mencoba, tidak akan bisa maju dan berkembang
📎Ikutan KF Roadshow aja tahun depan😃
📎Pak Mukti dan Pak Jumari HS sepertinya sepakat bahwa sebenarnya banyak sekali penulis Kudus, hanya saja belum berani bersaing ke luar.
Mereka terkesan cuma berkarya di rumah saja. Padahal jagat kepenulisan itu sangat luas.

No comments:

Kegiatan

[Kegiatan][bleft]

Karya Kami

[Karya Kami][bleft]

Galeri

[Galeri][twocolumns]