Bahasa dan Sastra: Pilar Penjaga Jiwa Bangsa

Di tengah derasnya arus globalisasi, bahasa sering kali diperlakukan layaknya benda sekali pakai: digunakan untuk kebutuhan sesaat, lalu diabaikan tanpa penghormatan. Ungkapan seperti terima kasih, hatur nuhun atau selamat datang, sugeng rawuh, yang sarat makna budaya, kini jarang terdengar. Sebaliknya, sapaan seperti thanks atau welcome semakin mendominasi. Fenomena ini mencerminkan lebih dari sekadar pergeseran gaya komunikasi; ini adalah ancaman nyata terhadap identitas budaya. Ketika kosakata lokal mulai tergantikan istilah asing, kita tidak hanya kehilangan kata-kata, tetapi juga makna, nilai, dan kebanggaan sebagai sebuah bangsa. Berapa banyak kata-kata klasik kita yang kini tersingkir oleh istilah-istilah asing yang seolah lebih bergengsi? Apakah kita sadar bahwa dengan membiarkan ini terjadi, kita sedang merobek-robek akar budaya kita sendiri? Pergeseran ini paling nyata terlihat dalam percakapan sehari-hari generasi muda. Kalimat seperti, "Gue bener-bener nggak ngerti, k...