Materi

[Materi][twocolumns]

Memaknai Kemerdekaan Lewat Pertunjukan Membaca Makna FASBuK

Komunitas Fiksi Kudus, Teater Kersi, Teater Obeng
Semua penampil berada di atas pentas di puncak pertunjukan

KUDUS - Gelora kemerdekaan sangat terasa malam itu (27/8) di Auditorium Universitas Muria Kudus (UMK). Gelaran FASBuK edisi bulan Agustus yang bertajuk "Membaca Makna" sukses digelar. Penonton hanyut dalam pertunjukan yang mengusung tema kemerdekaan bangsa Indonesia dan semangat perjuangan serta nilai-nilai sosial.

Reyhan M Abdurrohman, penulis muda asal Kudus yang sudah menerbitkan dua novel dan aktif di Komunitas Fiksi Kudus (Kofiku) membuka pentas dengan cerita kisah Sri dan Satrio dengan latar sejarah Kudus pasca proklamasi. Dia menceritakan kisah tersebut dengan membawakan karakter seorang kakek yang menjadi saksi kejadian di masa lalu itu. Dia mengajak penonton untuk hanyut dan ikut merasakan apa yang terjadi pada masa itu. Di akhir ceritanya Reyhan juga memberikan sedikit pendapatnya tentang kondisi Stasiun Kudus yang menjadi saksi agresi militer Belanda pertama.

"Dan sebentar lagi, nasib stasiun ini dipertanyakan," pungkasnya.

Eko Fery Febriyanto yang berkegiatan di Teater Obeng yang juga membacakan cerpen menyusul Reyhan. Cerpen yang dibacapakan adalah karya dari temannya yang pernah menjuarai ajang FLS2N yang mengangkat tema korupsi. Pembacaan cerpennya diiringi alunan gitar secara langsung oleh temannya membuat cerpen yang dibacakan terasa hidup.

Sebagai penutup, Ahmad Junnanda, Miladina Noor dan teman-teman dari Teater Keris yang berasal dari Nalumsari Jepara menampilkan kolaborasi pembacaan puisi yang dikemas apik. Adegan perlawanan terhadap Belanda pun mereka hadirkan di atas pentas untuk mengiringi pembacaan puisi yang penuh penghayatan. Di akhir pentas, semua penampil keluar dan ikut mematik semangat kemerdekaan lewat kalimat-kalimat motivasi puitis kepada penonton.

Reyhan mengaku ini adalah pentas pertamanya dan cukup membuatnya merasa kesulitan, namun tetap berjalan sesuai keinginan. Fery pun mengakui bahwa pentasnya kali ini lebih sulit karena dia harus tampil sendiri. Sedangkan pentas pada FASBuK kali ini adalah pentas di tingkat yang lebih tinggi bagi Teater Keris yang sebelumnya hanya sebatas pentas di sekolah dan kota mereka sendiri, yakni Jepara.

Penampilan para penampil malam itu memang berbeda konsep sajian, tapi masih dalam satu garis besar, yakni membaca dengan tema kemerdekaan membuat pertunjukan malam itu kaya dan menarik.

Menurut Arfin AM selaku Ketua Badan Pengurus FASBuK, pentas pada bulan agustus ini mengajak para penikmat seni dan sastra untuk menikmati dan memaknai arti kemerdekaan melalui karya yang dipentaskan. Di sesi akhir dibuka sesi diskusi yang melibatkan penikmat dan pementas.

No comments:

Kegiatan

[Kegiatan][bleft]

Karya Kami

[Karya Kami][bleft]

Galeri

[Galeri][twocolumns]