Materi

[Materi][twocolumns]

Ngobrolin Karya Ngerayain Milad - Milad Komunitas Fiksi Kudus (Kofiku) ke-4


Kofiku

Minggu (4/8/19) Susu Moeria Cafe penuh seperti minggu-minggu sebelumnya. Namun ada yang berbeda, karena acara perayaan milad Kofiku (Komunitas Fiksi Kudus) ke-4 digelar di sana. Acara bertajuk Ngobrolin Karya Ngerayain Milad itu menghadirkan tiga penulis asli Kudus yaitu Reyhan M Abdurrohman penulis novel remaja Chiang Mai, Bagus Dwi Hananto penulis novel sastra Elegi Sendok dan Garpu, serta Dimas Nugraha penulis buku kumpulan puisi Pecah.

Peserta memadati bangku depan panggung sejak pukul 08.45 WIB. Barulah sekitar pukul 09.15 WIB pembawa acara yakni Icha Sukahar dan El Eyra membuka acara. Mereka memperkelankan Kofiku secara singkat yang lahir pada 14 Juli 2019. Tujuan diadakannya acara ini pun dipaparkan secara singkat.

“Aku simpan pecahan kaca dalam saku. Seperti kusimpan kau dalam masa lalu,” begitu penggalan puisi dalam buku Pecah yang dibacakan langsung oleh Dimas Nugraha mengawali acara Ngobrolin Karya Ngerayain Milad pagi itu.

Komunitas Menulis Kudus

Tak hanya pembacaan penggalan karya dari ketiga muda berbakat asli Kudus, dihadirkan pula pengulas atau pembaca yang mengulas dan memberikan tanggapan terhadap buku tersebut.

“Dalam puisi-puisi Dimas Nugraha saya menemukan pola-pola struktur yang sama seperti yang digunakan Sapardi Djoko Damono dalam menulis puisi. Meski begitu ada satu puisi yang mengena bagi saya sebagai pembaca. Tentang sehelai rambut yang berisi konsep-konsep kematian,” ujar Aditya G Erlangga menyampaikan ulasannya tentang buku Pecah.

Menggapi ulasan tersebut Dimas membenarkan karena ia memang pengagum dari puisi-puisi Sapardi Djoko Damono dan berharap suatu saat nanti bisa menemukan gayanya sendiri dalam menulis puisi.

Berlanjut pada ulasan novel Chiang Mai--novel ketiga dari Reyhan M Abdurrohman, oleh Shoma Noor Fadlilah.

“Konflik-konflik yang ditulis oleh Reyhan terjalin dengan apik, penggunaan bahasa Thailand semakin menambah kekuatan setting yang dihadirkan oleh penulis. Ada satu kemiripan yang diangkat oleh penulis dalam novel-novelnya yaitu sifat nekad dari tokoh utama.”

Kofiku

Arif Rohman mengulas novel sastra Elegi Sendok dan Garpu. “Cerita agak susah diingat tapi bukan berarti ceritanya tidak bagus. Hal ini dikarenakan karena bacaan penulis yang termasuk bacaan luar negeri. Kafka, Orhan Pamuk, dan sebagainya. Yang membuat saya tertarik adalah bagaimana penulis mampu membaca bacaan yang menurut saya berat dan direfleksikan ke dalam tulisannya.”

Acara yang berlangsung di Susu Muria Cafe juga dimeriahkan oleh KB Kustik yang membawakan soundtrack novel Mendayung Impian dan Chiang Mai karya Reyhan M Abdurrohman. Acara semakin meriah saat sesi tanya jawab. Apalagi karya-karya yang dibicarakan cukup lengkap: novel remaja, novel sastra dan kumpulan puisi.

Ada satu pertanyaan serius dari penonton yang dijawab secara menggelitik. “Bagaimana caranya menulis puisi hingga menjadi sebuah buku?”

Penyair muda Dimas Nugraha hanya menjawab dengan satu kata diiringi sebuah senyuman, “Tekun.”

Berakhirlah acara milad Kofiku yang keempat ditandai dengan foto bersama antara panitia, pembicara dan peserta. (Lina)

Kmunitas Fiksi Kudus

No comments:

Kegiatan

[Kegiatan][bleft]

Karya Kami

[Karya Kami][bleft]

Galeri

[Galeri][twocolumns]