Liputan Ngobrolin Karya Ngobrolin Sastra Komunitas Fiksi Kudus (Kofiku) oleh Tribun Jateng
Edi AH Iyubenu dan Ali Sofyan |
TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Komunitas Fiksi Kudus (Kofiku) menyelenggarakan kegiatan bertajuk "Ngobrolin Karya, Ngobrolin Sastra" di Warung Kopi Baca Kudus, Jumat (5/4/2019) malam.
Dimeriahkan berbagai komunitas, hajatan literasi tersebut diisi dengan berbagai acara, antara lain bedah karya, musikalisasi puisi, live panting, dan diskusi pengalaman bersastra.
Menghadirkan sastrawan sekaligus CEO Diva Press Group, Edi Mulyono alias Edi AH Iyubenu, acara tersebut berlangsung hingga tengah malam.
Ketua Kofiku Reyhan M. Abdurrohman menjelaskan, Kofiku sebagai komunitas literasi menyelenggarakan acara tersebut dengan harapan dapat memberi inspirasi dan suntikan semangat bagi peminat dunia baca-tulis di Kudus.
"Dengan berbagai acara, antara lain ngobrolin antologi puisi tentang sampah karya anggota Komunitas Kresek (kreasi sampah ekonomi kota), diharapkan semangat para peserta untuk menulis buku semakin terpacu," ujarnya.
Diundangnya Edi Mulyono sebagai seseorang yang telah cukup lama berkecimpung di dunia sastra, lanjut Reyhan, juga diharapkan dapat memberi inspirasi bagi peminat sastra di Kudus.
Sementara itu, dalam sesi "ngobrolin sastra", Edi Mulyono menyampaikan bahwa sastra merupakan "das sein"-nya, cara mengadanya yang telah ia lalui dengan jatuh-bangun.
"Sastra adalah salah satu cara 'mengada', sebagaimana orang lain punya cara 'mengada' masing-masing. Ada yang menekuni dunia otomotif, dunia burung, dan lain-lain. Sastra adalah dunia yang saya pilih," ungkapnya.
Edi menjelaskan, untuk sukses dalam bidang sastra, juga bidang-bidang lainnya, setiap orang harus merasakan pahitnya perjuangan.
"Kamu harus merasakan jatuh, dibikin nangis, ditipu orang, bukumu nggak laku, disepelekan orang lain. Semua itu adalah harga yang harus dibayar setiap orang untuk sukses," tegasnya.
Edi kemudian menceritakan, ia sendiri harus melalui proses cukup panjang sampai cerpen pertamanya dimuat di media massa.
Pada kesempatan tersebut, Edi juga menyampaikan, jika serius ingin menjadi penulis, seseorang harus memahami bahwa menulis ialah perkara skill (keterampilan) sekaligus perkara hati.
"Mengenai skill, menulis adalah menulis itu sendiri, bukan meneorikan cara menulis. Semakin sering menulis, umumnya seseorang akan menulis dengan semakin baik," jelasnya.
Mengenai perkara hati, Edi menjelaskan, menulis merupakan prosesi kudus dalam menyuarakan isi hati yang memerlukan momen personal nan puitik.
"Sederhananya 'mood'. Kalau lagi mood, hasil tulisan kita akan baik dan 'bersuara'. Kalau lagi nggak mood, sekalipun sudah punya skill menulis yang baik, tulisannya akan mati sebelum penulisnya mati," ungkap pemilik Penerbit Basabasi tersebut.(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Komunitas Fiksi Kudus (Kofiku) Gelar Diskusi, Edi AH Iyubenu: Menulis adalah Perkara Skill dan Hati, http://jateng.tribunnews.com/2019/04/09/komunitas-fiksi-kudus-kofiku-gelar-diskusi-edi-ah-iyubenu-menulis-adalah-perkara-skill-dan-hati.
Penulis: Mazka Hauzan Naufal
Editor: galih permadi
No comments: