Materi

[Materi][twocolumns]

Diskusi Kepenulisan Bareng Mukhanif Yasin Yusuf - Tamu Istimewa Kofiku

Komunitas fiksi kudus

Mukhanif Yasin Yusuf, lahir di Purbalingga, 11 November 1991. Dia adalah penyandang tuna rungu dan juga aktifis isu difabel. Dia juga pendiri Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Peduli Difabel UGM.  Gemar berorganisasi, membaca dan menulis.

Beberapa karyanya seperti puisi, cerpen, essay, pernah termaktub di berbagai antologi dan media antara lain di Majalah Story dan Majalah Diffa.

Saat ini sedang aktif sebagai mahasiswa dengan beasiswa LPDP Magister Ilmu Sastra, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, setelah sebelumnya merampungkan pendidikan di Sastra Indonesia  Universitas Gadjah Mada dengan predikat cumlaude. Memenangkan berbagai kejuaraan KTI, baik tingkat nasional maupun internasional. Dan masih banyak lagi prestasi yang dia raih.


Prestasi terbarunya antara lain:


  1. Novel tunggalnya berjudul Jejak Pejalan Sunyi, Grasindo 2014
  2. Pemateri pada Asean Disability Forum (ADF) Conference, Malaysia 2015, inconjunction with ASEAN SUMMIT 2015,Kuala Lumpur, Malaysia.
  3. Penelitian “Reading the Literature with the Disabilities Viewpoint; Building the Inclusive Generation with a New Paradigm: A Case Study of Analysis The Deconstruction Derrida in the novel Biola Tak Berdawai” Karya Tulis Ilmiah Penelitian dipresentasikan dalam International Conference on Special Education Needs. 2016.
  4. “Analisis Aksesibilitas Pelayanan Informasi pada Wahana Wisata Edukasi Taman Pintar terhadap Pengungjung Penyandang Disabilitas.” Penelitian Hibah Pusat Studi Pariwisata UGM tahun 2016.
  5. Discourse on the Liberation of Social Discrimination People with Disabilities in the Novel Biola Tak Berdawai by Seno Gumira Ajidarma: A Postcolonial Analysis. Dipresentasikan di APISA 11 International Conference, “50 Years pf ASEAN amidst Contemporary Challenges: Human Scurity, Conflict Resoluion, Connectivity and Democration”, Naresuan University, Thailand, 2017.
  6. Peraih beasiswa Short Course dr Australia Award Scholarship di University of Sydney. Dll.


Aktivitasnya saat ini disibukkan dengan menjadi mahasiswa sekaligus aktif pada konsentrasi isu difabel, terutama pengembangan kampus inklusi.


Pertanyaan :
Kapan mulai memutuskan menulis, dan kenapa?

đź’ˇJawaban:
Mulai mnulis sejak kelas 2 MTs. Berawal dari tugas bikin puisi, dan pas selesai tugas bu guru bilang "Puisimu jangan dibuang, mau dikirim ke Jakarta," meskipun sampai sekarang belum dikirim, tapi itu jadi motivasi tersendiri bahwa ada "sesuatu" yg lain lewat tulisan. Sejak kelas 2 MTs sampai SMA, kira-kira ada 7 buku tulisan tangan saya, sebagian besar adalah puisi. Saya menulis puisi kebanyakan tentang kondisi hati dan pikiran saya, terutama tentang kondisinya sebagai difabel rungu..


✒Pertanyaan:
Apa rintangan yang dihadapi selama ini dalam menulis dan meraih mimpi yang lain?

đź’ˇJawaban:
Rintangan cukup banyak, bahkan ibu dan kakak pernah menyuruh agar membuang tulisan-tulisan saya karena dianggap cuma buang-buang waktu. Rintangan terbesar salah satunya jelas kondisi saya yang difabel plus kondisi ekonomi. Bahkan bapak sampai sms "kalau beasiswa nggak jelas, lebih baik berhenti kuliah saja," maklum waktu itu saya belum dapat beasiswa, baru dapat pas bulan ketiga. Selama S1 dan kini S2 nggak pakai biaya dari rumah. Survive dengan segala kondisi yang ada itu jadi tantangan sendiri.


✒Pertanyaan:
Apakah pencapaian selama ini sudah cukup? Atau ada mimpi yang belum terwujud?

đź’ˇJawaban:
Saya rasa apa yang sudah saya capai belum seberapa. Terutama terkait dengan target saya, yakni mewujudkan kultur Indonesia inklusi. Salah satunya juga target saya membuat start up yang berbasis tulis menulis dengan isu difabel jd basis utama. Sejauh ini saya baru sedang mengerjakan project start up berbasis pemberdayaan ekonomi difabel bekerja sama dengan pusat studi ekonomi kerakyatan UGM. Untuk start up berbasis tulis menulis/media sedang saya matangkan.


✒Pertanyaan:
Bagaimana caranya bagi penulis amatir agar tidak terjadi kejumudan saat sedang terjun ke dunia tulis menulis. Di mana kejumudan tersebut diakibatkan keterbatasan kemampuan menulis.

đź’ˇJawaban:
Kalau dulu yang saya pakai adalah mencoba untuk "keluar", bisa di bawah pohon rindang, bahkan di kebun-kebun sekalipun.. di situ pikiran jadi lebih terbuka.
Saat punya ide, tulis saja di catatan maupun notes HP.
Membaca jadi salah satu faktor kunci, membaca selain untuk memperkaya wawasan juga dapat digunakan untuk membandingkan/mengkomparasikan tulisan kita. Sehingga jika kita baca tulisan-tulisan yang menurut kita bagus, kita bisa menemukan letak kekurangan tulisan kita.
Kalau mau praktik, pas masa-masa awal nulis, saya membaca apapun, baik koran maupun puisi, lalu saya pilih secara acak kata-kata yang menurut saya menarik. Dan merangkai menjadi tulisan, terutama puisi.


✒Pertanyaan:
Menurut Anda, apa itu teori menulis puisi? Tahap tahapan dalam menulis puisi apa saja? Tujuan dan manfaat menulis puisi apa saja?

đź’ˇJawaban:
Menurut saya pribadi kan ya? Bukan mengutip dari ahli?
Kalau iya;
Teori menulis puisi sebenarnya nggak ada yang baku sama sekali. Karena semua tergantung jenis puisi yang mau kita buat. Kalau jenis puisi pantun, teorinya ya seperti yang kita ketahui selama ini, bersajak a-b-a-b, dan seterusnya.
Lain halnya kalau menulis puisi yang cenderung lebih modern, semakin modern, semakin rancu, kompleks, bahkan sampai pada ruang alienasi itu sendiri. Seperti pada kasus puisi mbeling-nya Sutardji, waktu itu tak sedikit yang menganggap puisinya jauh dari apa yang dinamakan sebagai "puisi," jadi dalam hal teori menulis puisi, seolah-olah kita hanya berada dalam ruang-ruang kosong, ruang liminal, bahkan ruang yg mungkin saja tak pernah kita capai. Karena "kriteria" puisi itu beragam.

Tapi, satu yang pasti dalam pandangan saya, saya setuju dengan pendapat beberapa ahli, yang mengatakan kriteria utama karya sastra adalah "dulce et utile", indah dan bermanfaat. Jadi sepanjang ditulis dengan dua kriteria di atas, maka sudah lebih dari cukup.

Tahapan menulis puisi dalam perspektif saya gak jauh beda sama menulis cerpen dan lain-lain. Kita perlu memahami jenis puisi apa yang mau kita ciptakan, tapi harus didahului juga dengan satu kunci, yakni imajinasi. Imajinasi dibentuk sesuai dengan selera seperti pada jawaban atas pertanyaan pertama.
Tujuan dan manfaat mnulis puisi bagi saya sejatinya adalah "menyuarakan" hati dan pikiran. Ada kenikmatan tersendri saat menulis.
Bagi pembaca
1. Sebagai sarana hiburan
2. Alat perjuangan ideologi/Propaganda, misal puisi-puisi wiji tukul
3. Menerjunkan diri pada ruang


✒Pertanyaan:
Kak. Jika membandingkan diri yang saat ini dengan yang dulu, tentu banyak hal yang harus disyukuri. Banyak yang membahagiakan juga di balik ujian hidup yang Allah beri.  Dalam hidup kakak.. apa saja momen atau hal mendalam yang bahkan menjadi motivasi unttk kakak hingga saat ini?

đź’ˇJawaban:
Motivasi terbesar saya adalah orang tua saya. Meskipun serba terbatas, ditambah kondisi saya, mereka tetap "menerima" saya, bahkan ibu saya berpesan "Syukuri apa yg ada, atau akan membuat hidup kita lebih tersiksa."
Intinya, bagaimana kita bersyukur terhadap apa yang sudah kita miliki, apa yang kita takdirkan, di situlah letak ke mana kita akan mengarahkan hidup kita.


✒Pertanyaan
Kak Khanif kan sibuk banget pastinya? Bagaimana sih bisa tetap istiqomah menulis? Sedangkan masih harus kuliah, penelitian, ikut ini-itu.

đź’ˇJawaban
Coba kamu letakan satu botol/gelas di depanmu, anggap itu adalah target hidup kita. Ketika botol/gelas diambil, maka kita nggak tau targetnya ke mana.
Itulah kuncinya, kita harus punya target. Ketika sudah ada target, kita bisa lewat depan, samping, sampai belakang, untuk menuju target tersebut. Berikutnya kita fokus ke target:

Target saya adl isu difabel, makanya hampir smua tulisan-tulisan saya memuat tentang isu difabel, termasuk tugas-tugas kuliah, skripsi, hingga tesis. Karena hal tersebut jadi target dan fokus saya.
Sebisa mungkin, tentukan target dalam hidup kita, lalu fokuskan ke hal tersebut.
Isu difabel tak hanya saya bidik dalam  kaca mata tulis menulis/karya sastra, tapi juga bidang lain. Misalnya start up, pemberdayaan ekonomi, hingga project kampus inklusi. Itu tadi yg saya anggap bisa lewat depan, samping, smpai belakang.
Ada banyak jalan menuju target kita, kuncinya fokus.
Smuanya akan berjalan dalam dinamika yg seimbang.


✒Pertanyaan
Basicku kan lulusan SMA mas, nah aku suka nulis, dan ini sedang menulis-nulis puisi dan punya target agar bisa dibukukan. Nah, terkadang setelah selesai menulis satu-dua puisi, setelah saya baca ada saja perasaan kurang puas dari hasil saya. Alhasil, kadang saya hapus dan buat puisi baru kadang juga merevisi melulu. Pertanyaan saya, bagaimana agar tulisan puisi-puisi yang saya hasilkan itu bisa pakem dan saya tidak merasa ada yang kurang terus akan tulisan saya? Dan minta motivasinya juga dong Kak, biar nggak merasa minder? Terimakasih.

đź’ˇJawaban:
Wah, kok sampai dihapus dan revisi-revisi terus..
Kalau sudah menulis dan selesai. Ya sudah selesai. Hindari merevisi secara terus menerus, terutama puisi. Apalagi sampai dihapus.
Buat yang baru saja, nanti ditemukan perbedaannya ada di mana.
Saya juga sampai sekarang kadang-kadang senyum-senyum sendiri saat baca tulisan-tulisan saya pas masa awal.
Jadi nggak semuanya langsung jadi, ada proses panjang di dalamnya. Tulisan masa-masa awal saya adalah bagian dari proses pembelajaran, sekalipun jelek, paling tidak kita sudah pada satu fase komitmen untuk menulis..

Nggak usah minder saat tulisanmu dianggap jelek, karena semua juga tergantung selera masing-masing. Akan tetapi, jika ada masukan terima dg baik, krn kritik dan masukan adalah nutrisi yg berharga bagi seorang penulis.


✒Pertanyaan 
Apa yang membangkitkan kakak untuk menulis sampai sekarang ini? Motivasinya karena orang tua saja atau ada yang lain? Minta saran untuk menerapkan hobbi menulis, jujur saya suka sastra tapi belum suka menulis. Terima kasih

đź’ˇJawaban
Latar belakang menulis pas MTs sudah saya jelaskan di pertanyaan sebelumnya. Saya tambahkan beberapa. Jujur, saya bisa melangkah sejauh ini salah satu kontribusi besar karena menulis. Berkat menulis, terlebih saat saya beberapa kali ke provinsi dalam rangka finalis lomba menulis tingkat SMA, kepercayaan diri saya semakin meningkat, terlebih saya jadi satu-satunya peserta yang difabel, lainnya non difabel. Eksistensi saya menjadi lebih diakui seiring dengan prestasi-prestasi yang ada, terlebih saat antologi pertama yang memuat tulisan saya terbit saat saya masih kelas 2 SMA. Bukan hanya saya yang senang, tapi juga keluarga dan pihak sekolah. Yakinlah, saat kita sudah melakukan kebaikan, kebaikan-kebaikan yang lain akan menyusul menghampiri kita. Saya tak yakin dapat masuk ke UGM kalau tidak ikut lomba-lomba nulis pas SMA karena prestasi tersebut jadi salah satu tolok ukur, terlebih SMA-ku swasta, yang masih pinggiran. Dan sejauh ini satu-satunnya alumni yang di UGM, belum ada lagi.
Untuk mulai menulis, tak usah muluk-muluk, mulai dari hal-hal yang ada di sekitar kita. Tulis saja dan selesaikan, jangan dihapus. Buat yg baru, begitu seterusnya. Tentunya dengan dibarengi membaca, fungsinya untuk memeriksa dan meng-kompare tulisan kita juga untuk memperkaya imajinasi kita..


👤Motivasi Penutup

Kalau motivasi umum mungkin sama dengan prinsip saya sejauh ini, yakni hidup sebagai sebuah pertanyaan yg membutuhkan jawaban, dan jawaban itu hanya bisa didapatkan dengan menjalaninya. Makanya kita tidak bisa berpaling dari yang namanya hidup. Hal yang membedakan kita dengan org lain adalah seberapa besar antusiasme kita terhadap kehidupan itu sendiri. Semuanya membutuhkan usaha, tekad, dan keyakinan ke depan. Jalani hidup dengan penuh keoptimisian, dalam hal apapun, termasuk dalam aktivitas tulis menulis.

Menulislah apa yang kita cintai. Dengan begitu kita dapat merasakan nikmatnya menulis. Jangan menulis karena ikutan arus, ikutan gaya, atau sejenisnya. Sesuatu yang berbeda kadang justru dapat memberikan kekuatan yang lebih dibandingkan yang lain. Hargailah sebuah proses. Tidak ada sesuatu yang instan.

Perbanyak membaca, membaca tak hanya sebuah teks dalam tulisan, tetapi juga realitas di sekitar kita. Keduanya dapat mempertajam imajinasi kita. Ketika kita menghadapi sebuah pohon mahoni, misalnya, jangan sekadar menganggap apa yg kasat mata saja. Berimajinasi secara liar, anggap sebatang pohon yang berdiri kokoh dalam gemerlapnya kota, ketika rindu kita tak sanggup menggapai pucuk rantingnya, dan pada akhirnya kita bisa saja terjatuh ketika dahan-dahan itu patah.

No comments:

Kegiatan

[Kegiatan][bleft]

Karya Kami

[Karya Kami][bleft]

Galeri

[Galeri][twocolumns]