Puisi Karya Shoma Noor Fadlillah dimuat di Sumut Pos
Buku Menanam Hutan dengan Lenganmu Sendiri (c) roeman-art.com |
Sebelumnya, selamat buat Kak Shoma Noor Fadlillah atas dimuatnya puisi-puisinya di Harian Puisi. Sumut Pos pada 14 Agustus 2016. Semoga tetap produktif dalam menelurkan karya-karya kerennya.
Langsung saja berikut adalah tiga puisi karya Shoma Noor Fadlillah yang dimuat tersebut:
Menanam Hutan dengan Lenganmu Sendiri
Hari ini kau menanam hutan di pikiranku dengan lenganmu sendiri
Sebuah tebing menjalar dan kabar pesta menjadi dersik yang dikirim pinus ilalang trotoar dan penjual balon
kepada bunyi-bunyian napas di seluruh kota
Di pucuk tebing itu, saat dadaku kau pupuk-pupuk dengan cinta, sebuah istana menjulang mekar bak pencakar langit yang menghubungkan mimpi dengan mimpi yang lebih musykil
Dapur lahir, ruang tamu menjadi, taman meluas, dan kamar kita disuluri waru-waru merah jambu tertulis cinta-cinta kita
Seiring akad yang kau ucap, seluruh kelajanganku luruh seperti ovum-ovum lucu yang mati sia-sia
Aku ingin kita berdansa di sana sepanjang senja dan kuingin malam terlambat datang
Aku ingin kita meminum seluruh madu dari puluhan sarang lebah di hutan yang lebahnya kau hapus dari imajinasimu
Aku ingin kita menjadi K dan I dan T dan A yang tak memiliki akhir atau lembar buram atau biji yang busuk
Aku ingin menjadi tubuhmu dan lenganku menjadi lenganmu sendiri
Dan hari ini kau menanam hutan di pikiranku dengan lenganmu sendiri itu..
Kudus, 27 Juli 2016
Meraki di Lereng Jamur
Ingat burung bulbul yang terbang berendahan di kepalamu sementara kau hanya memikirkan parkit yang mengumpulkan liurnya sendiri di sangkar
Ingat aku yang menjadi mobil-mobilan, kuda-kudaan, sekuter minggu dan kolom opini yang menjadi penghuni tetap ingatanmu sementara kau hanya memikirkan pencapaian dan pangkat sial itu
Seluruh keringatku telah menjadi sup yang tiap pagi kau maki dan air dari mataku telah kuaduk dengan kopi yang kau semburkan kembali ke asalnya
Seluruh daya mataku menjadi lemari yang rapi, sepatu kerjamu yang mengkilap, anak-anak yang pulas
Aku seperti mencintai orang asing yang pernah membeliku dengan dua mayam. Aku seperti hidup pada kegersangan yang agung menurut tuhan. Aku seperti mayat berjalan yang tak protes dimantrai menuju ajal
Semua ini adalah meraki yang berinang pada usiamu yang mulai berjamur di musim kerentaan.
Kudus, 29 Juli 2016
Salah Satu Cairan Tuhan
Pada keramaian yang sepi, kami menawar harga cinta dengan tahun-tahun yang tergantung di tiang rindu.
Semua pedagang yang hanya mempunyai satu mata itu memicing pada kami seolah kami adalah robot-robot yang menghancurkan padang jualan itu dengan oli kami yang berwarna dadu.
Tidak ada yang mengerti mengapa kami tiba di sini menggunakan apa dari mana dan bagaimana yang apa.
Semuanya hanya tahu bahwa langit itu hamparan kain yang padat dan bumi adalah lapisan dalam dari kain itu dan mereka dan kami berada di antara seratnya yang penuh kuman dan bakteri.
Kami sama-sama berjuang dan menunggu hadirnya cinta, apakah cinta hanya bisa dilihat oleh orang mati?
Mungkin mereka meninggalkan jasadnya di sini karena berpikir jasad adalah penghalang untuk terbang ringan menuju angkasa tempat mereka bisa melihat bumi dan langit hanya seperti hamparan kain di tubuh Tuhan
Aku masih dianggap robot yang besinya ber-dum-dum di padang mereka yang kini basah oleh keringat dan air mata Tuhan
Dan mungkin cinta, adalah salah satu dari cairan itu…
Kudus, 5 Agustus 2016
Sumber http://www.langgamsp.com/2016/08/14/6743/puisi-puisi-shoma-noor-fadlillah/
=======================
Shoma Noor Fadlillah, menyukai petrikor.
Berdiam di @fadlillah_rumayn
No comments: